Profil Desa Adat KembangSari

Sejarah Desa Adat Kembangsari​

Desa Adat Kembangsari memiliki sejarah yang kaya, berakar dari komunitas Buddha dan orang-orang Tionghoa. Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, ketika sistem kerajaan masih berlaku, Raja Bangli menginstruksikan umat Buddha dan orang Tionghoa di Kabupaten Bangli untuk menjaga perbatasan dengan Singaraja. Hal ini menyebabkan mereka menduduki wilayah Kembangsari. Setelah Indonesia merdeka, terjadi migrasi penduduk, termasuk kedatangan umat Hindu dari berbagai daerah seperti Karangasem dan Klungkung. Seiring waktu, komunitas ini berkembang dan membentuk organisasi yang mengakomodasi pertumbuhan jumlah penduduk.

Pembentukan Banjar dan Desa Adat​

Dengan bertambahnya penduduk, dibentuklah beberapa banjar adat, yaitu Banjar Bayun, Banjar Kembangsari, dan Banjar Penginyahan. Pada tahun 1906, Desa Adat Kembangsari secara resmi berdiri dan diakui oleh pemerintah daerah Bali melalui Peraturan Daerah. Struktur pemerintahan Desa Adat Kembangsari terdiri dari Bendesa, Wakil Bendesa, Bendahara, dan Sekretaris, dengan Nyoman Sujana sebagai Bendesa saat ini.

Demografi dan Agama​

Desa Adat Kembangsari memiliki batas wilayah yang jelas, berbatasan dengan Desa Tajun di utara, Desa Dausa di selatan, Desa Selulung di barat, dan Desa Satra di timur. Terdapat sekitar 326 warga di desa ini, dengan mayoritas beragama Hindu, namun juga terdapat komunitas Buddha, Konghucu, Islam, dan Kristen yang hidup berdampingan.

Mayoritas Agama dan Sumber Daya Alam

Mayoritas penduduk Desa Adat Kembangsari bekerja sebagai pande besi, peternakan, dan perkebunan. Desa ini memiliki potensi alam yang luar biasa, terutama sumber mata air yang dikenal sebagai Pura Sang Tlaga, yang merupakan tempat suci bagi umat Hindu. Pura ini memiliki dua titik air terjun dan menjadi lokasi ritual bagi masyarakat.

Fasilitas Desa Adat Kembangsari

Desa Adat Kembangsari memiliki berbagai fasilitas yang mendukung kehidupan masyarakatnya. Di antara fasilitas tersebut adalah fasilitas pendidikan seperti Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) 2 Satera dan Sekolah Dasar (SD) 3 Satera, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terletak di Dausa. Fasilitas kesehatan juga tersedia, termasuk Puskesmas, yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga. Namun, salah satu fasilitas yang mengalami masalah adalah pasar. Pasar yang dibangun di Desa Adat Kembangsari tidak berjalan dengan baik dan kini terbengkalai karena ada berapa alasan yang perlu didalami lebih lanjut.