Industri Kreatif
Sejarah Pandai Besi Desa Adat Kembangsari
Sejarah pandai besi di Desa Adat Kembangsari bermula sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pada masa itu, karena kerajaan Majapahit yang sangat kuat, banyak kerajaan lain merasa iri, termasuk Kerajaan Mongol yang dipimpin oleh Kubelekan. Utusan dari Mongol pernah mendatangi desa Tamblingan yang berdekatan dengan Danau Tamblingan untuk memesan baju besi bagi pasukan mereka. Namun, kecerdikan Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada membuat mereka menyerang Tamblingan, mengakibatkan penduduk, terutama para pandai besi, melarikan diri ke berbagai daerah seperti Karangasem dan Bangli. Sebagian dari mereka, termasuk leluhur warga pande di Kembangsari, menetap di wilayah Bayun yang dahulu bernama Alas Dadap.
Pandai besi di Desa Adat Kembangsari berkembang secara turun-temurun, mulai dari pembuatan alat-alat sederhana hingga peralatan perang seperti pedang yang sangat diminati pada masa Gerakan 30 September (G30S). Seiring waktu, proses pembuatan alat-alat besi ini berkembang dari manual hingga menggunakan peralatan modern, namun tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional yang diwariskan oleh leluhur mereka.
Sejarah Pandai Besi Desa Adat Kembangsari
Sejarah pandai besi di Desa Adat Kembangsari bermula sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pada masa itu, karena kerajaan Majapahit yang sangat kuat, banyak kerajaan lain merasa iri, termasuk Kerajaan Mongol yang dipimpin oleh Kubelekan. Utusan dari Mongol pernah mendatangi desa Tamblingan yang berdekatan dengan Danau Tamblingan untuk memesan baju besi bagi pasukan mereka. Namun, kecerdikan Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada membuat mereka menyerang Tamblingan, mengakibatkan penduduk, terutama para pandai besi, melarikan diri ke berbagai daerah seperti Karangasem dan Bangli. Sebagian dari mereka, termasuk leluhur warga pande di Kembangsari, menetap di wilayah Bayun yang dahulu bernama Alas Dadap.
Pandai besi di Desa Adat Kembangsari berkembang secara turun-temurun, mulai dari pembuatan alat-alat sederhana hingga peralatan perang seperti pedang yang sangat diminati pada masa Gerakan 30 September (G30S). Seiring waktu, proses pembuatan alat-alat besi ini berkembang dari manual hingga menggunakan peralatan modern, namun tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional yang diwariskan oleh leluhur mereka
Alasan Menjadi Pandai Besi
Menjadi pandai besi bukan hanya sebuah profesi, tetapi juga merupakan kewajiban yang harus diambil oleh keturunan pande. Menurut kepercayaan, seorang yang memiliki darah pande akan mengalami banyak kesulitan dalam hidup jika tidak menjalankan profesi ini. Pande besi juga memiliki kemampuan spiritual yang khusus, seperti membuat tirta (air suci) sendiri untuk upacara keagamaan, yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu, menjadi pandai besi adalah bentuk tanggung jawab terhadap warisan leluhur dan kepercayaan spiritual yang telah ada sejak zaman kerajaan.
Harapan Kedepannya
Harapan ke depannya bagi para pengrajin pandai besi di Desa Adat Kembangsari adalah agar profesi ini tetap dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Meskipun pekerjaan ini berat dan kotor menurut pandangan anak-anak muda zaman sekarang, namun pengetahuan tentang pandai besi sangatlah berharga. Seorang pandai besi yang memiliki keterampilan ini dapat bertahan hidup dimanapun, bahkan dengan peralatan yang sederhana. Harapan besar juga terletak pada generasi muda, terutama anak-anak pande, agar tetap melanjutkan tradisi ini sambil tidak melupakan pendidikan formal, sehingga mereka dapat membawa warisan ini ke daerah-daerah transmigrasi atau tempat lain, dan tetap bisa bertahan hidup dengan keterampilan yang diwarisi dari leluhur mereka.