Potensi Agrowisata
Sejarah Kebun Kopi
Kintamani, Bali, terkenal dengan pemandangan alam yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Daerah ini juga memiliki keragaman dalam pertaniannya yakni seperti kebun jeruk, cengkeh dan yang paling terkenal adalah kebun kopi Arabika yang memiliki sejarah panjang. Kebun Kopi Induk Arabika Provinsi Bali, yang di pimpin dan di kelola langsung oleh Pak Gusti Putu Kompyang, berdiri sejak tahun 1971 di atas tanah CTA (Cabutan Tanah Asing) yakni tanah yang dulunya dimiliki oleh orang asing asal Cina dan kemudian diambil alih serta dikelola oleh warga local, dan Kebun Induk Kopi Arabika Provinsi Bali ini berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi. Terletak di Desa Adat Kembangsari, Desa Satra, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, kebun ini memiliki peran penting sebagai sumber benih kopi dan pusat pelatihan bagi petani kopi.
Fungsi dan Peran Kebun Kopi
Kebun Kopi Induk Arabika Provinsi Bali tidak hanya berfungsi sebagai pusat produksi kopi, tetapi juga sebagai tempat pelatihan, percontohan, dan pembelajaran tentang kopi. Kebun ini menyediakan benih kopi untuk masyarakat lokal dan luar daerah yang ingin belajar budidaya kopi. Dengan luas total 20 hektar, kebun ini terbagi menjadi dua bagian, yakni bagian timur dan barat, masing-masing seluas 10 hektar. 1 hektar bagian timur di khususkan untuk benih pembibitan dan 9 hektar lainnya ditanami beberapa varietas kopi, termasuk varietas S795 yang dulu terkenal dikalangan penikmat kopi. Namun, seiring berjalannya waktu, varietas S795 mulai tergeser oleh varietas lain seperti kopi kompyor, katrika, arabika, robusta dan banyak lainnya sehingga diperlukan peremajaan pada pohon kopi setiap tahunnya.
Kondisi dan Tantangan
Kintamani memiliki iklim yang sangat cocok untuk pertumbuhan kopi Arabika, dengan ketinggian 700-1500 meter di atas permukaan laut, suhu berkisar antara 15-24°C, dan curah hujan 1500-3000 mm per tahun. Namun, kebun ini menghadapi tantangan berupa penurunan anggaran, terutama pada tahun 2024, yang berdampak pada upah para petani dan pengelolaan kebun secara keseluruhan. Selain itu, curah hujan yang tinggi seperti pada tahun 2022 dapat mempengaruhi proses pembuahan dan produksi, karena hujan berkepanjangan dapat mengganggu penyerbukan akibat serbuk sari yang menggumpal, sehingga produksi kopi baik dari segi kualitas dan kuantitas pun menurun.
Sejarah Kebun Kopi
Kintamani, Bali, terkenal dengan pemandangan alam yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Daerah ini juga memiliki keragaman dalam pertaniannya yakni seperti kebun jeruk, cengkeh dan yang paling terkenal adalah kebun kopi Arabika yang memiliki sejarah panjang. Kebun Kopi Induk Arabika Provinsi Bali, yang di pimpin dan di kelola langsung oleh Pak Gusti Putu Kompyang, berdiri sejak tahun 1971 di atas tanah CTA (Cabutan Tanah Asing) yakni tanah yang dulunya dimiliki oleh orang asing asal Cina dan kemudian diambil alih serta dikelola oleh warga local, dan Kebun Induk Kopi Arabika Provinsi Bali ini berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi. Terletak di Desa Adat Kembangsari, Desa Satra, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, kebun ini memiliki peran penting sebagai sumber benih kopi dan pusat pelatihan bagi petani kopi.
Fungsi dan Peran Kebun Kopi
Kebun Kopi Induk Arabika Provinsi Bali tidak hanya berfungsi sebagai pusat produksi kopi, tetapi juga sebagai tempat pelatihan, percontohan, dan pembelajaran tentang kopi. Kebun ini menyediakan benih kopi untuk masyarakat lokal dan luar daerah yang ingin belajar budidaya kopi. Dengan luas total 20 hektar, kebun ini terbagi menjadi dua bagian, yakni bagian timur dan barat, masing-masing seluas 10 hektar. 1 hektar bagian timur di khususkan untuk benih pembibitan dan 9 hektar lainnya ditanami beberapa varietas kopi, termasuk varietas S795 yang dulu terkenal dikalangan penikmat kopi. Namun, seiring berjalannya waktu, varietas S795 mulai tergeser oleh varietas lain seperti kopi kompyor, katrika, arabika, robusta dan banyak lainnya sehingga diperlukan peremajaan pada pohon kopi setiap tahunnya.
Kondisi dan Tantangan
Kintamani memiliki iklim yang sangat cocok untuk pertumbuhan kopi Arabika, dengan ketinggian 700-1500 meter di atas permukaan laut, suhu berkisar antara 15-24°C, dan curah hujan 1500-3000 mm per tahun. Namun, kebun ini menghadapi tantangan berupa penurunan anggaran, terutama pada tahun 2024, yang berdampak pada upah para petani dan pengelolaan kebun secara keseluruhan. Selain itu, curah hujan yang tinggi seperti pada tahun 2022 dapat mempengaruhi proses pembuahan dan produksi, karena hujan berkepanjangan dapat mengganggu penyerbukan akibat serbuk sari yang menggumpal, sehingga produksi kopi baik dari segi kualitas dan kuantitaspun menurun.
Proses Pengolahan dan Panen
Proses menghasilkan biji kopi terbaik di kebun ini dimulai dengan persiapan lahan yang matang. Pohon-pohon yang tidak berguna dibersihkan, tanah diolah, dan diberi pupuk kandang. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, sekitar bulan September. Setelah ditanam, tanaman kopi memerlukan perawatan khusus, termasuk pemangkasan cabang dan pemotongan penaung untuk memastikan sinar matahari yang cukup.
Kopi Arabika biasanya dipanen sekali setahun, dengan jangka waktu 2-3 bulan. Proses panen atau pemetikan dibagi menjadi 3, yakni:
Proses pemetikan pada buah yang matang lebih awal
Proses panen petik merah, yaitu memetik buah kopi yang sudah matang berwarna merah
Proses pemetikan “rut” memetik semua biji kopi berwarna merah maupun hijau
Setelah panen, biji kopi diolah melalui bebrapa proses yakni:
Natural, yaitu penjemuran pasca panen.
Fullwash, yaitu hasil yang baru dipetik, digiling dan dipisahkan dengan kulitnya.
Fermentasi, pencucian, dan penjemuran hingga kadar airnya mencapai 11-12%.
Namun Kebun Induk Kopi Arabika Provinsi Bali ini hanya melakukan pengolahan sampai pada biji kopi kering atau disebut dengan “Greenbean”.
Kontribusi Ekonomi dan Pariwisata
Kebun kopi ini memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal melalui penjualan kopi dan sebagai sumber bibit bagi petani lokal. Kontribusi terbesar dari kebun ini adalah penyerapan tenaga kerja lokal, yang memberikan penghidupan bagi banyak keluarga di sekitar area. Selain itu, kebun ini memiliki potensi besar sebagai destinasi agrowisata. Wisatawan dapat menikmati pengalaman belajar tentang kopi, dari budidaya hingga proses pengolahan, sekaligus menikmati keindahan alam Kintamani.
Harapan dan Pengembangan Masa Depan
Kebun Kopi Induk Arabika Provinsi Bali di Kintamani adalah contoh nyata bagaimana sebuah kebun kopi dapat berperan penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Dengan sejarah yang panjang, proses pengolahan yang detail, dan kontribusi besar terhadap komunitas lokal, kebun ini adalah aset berharga yang patut dilestarikan dan dikembangkan. Harapan ke depan adalah adanya dukungan lebih dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan kebun ini, baik sebagai sumber ekonomi maupun destinasi wisata edukatif. Melalui agrowisata dan pengembangan lebih lanjut, kebun ini memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata unggulan yang tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga pengalaman edukatif tentang kopi.
Kontribusi Ekonomi dan Pariwisata
Kebun kopi ini memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal melalui penjualan kopi dan sebagai sumber bibit bagi petani lokal. Kontribusi terbesar dari kebun ini adalah penyerapan tenaga kerja lokal, yang memberikan penghidupan bagi banyak keluarga di sekitar area. Selain itu, kebun ini memiliki potensi besar sebagai destinasi agrowisata. Wisatawan dapat menikmati pengalaman belajar tentang kopi, dari budidaya hingga proses pengolahan, sekaligus menikmati keindahan alam Kintamani.
Harapan dan Pengembangan Masa Depan
Kebun Kopi Induk Arabika Provinsi Bali di Kintamani adalah contoh nyata bagaimana sebuah kebun kopi dapat berperan penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Dengan sejarah yang panjang, proses pengolahan yang detail, dan kontribusi besar terhadap komunitas lokal, kebun ini adalah aset berharga yang patut dilestarikan dan dikembangkan. Harapan ke depan adalah adanya dukungan lebih dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan kebun ini, baik sebagai sumber ekonomi maupun destinasi wisata edukatif. Melalui agrowisata dan pengembangan lebih lanjut, kebun ini memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata unggulan yang tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga pengalaman edukatif tentang kopi.